Proses Produksi Media: Memangkas Mata Rantai

Perubahan dan perkembangan di ranah media digital yang cepat tak bisa di pandang sebelah mata termasuk tentunya untuk soal proses produksi media. Setelah keluarnya iPad di tahun 2010 lalu disusul komputer tablet keluaran Android dan e-Book Reader, hanya berjarak 4 tahun sudah mulai tergeser keberadaan smartphone yang terus menyempurnakan fungsi dan kegunaannya. Big Screen 5 inch ke atas yang memanjakan penggunanya, membuat produk komputer tablet menjadi terlihat terlalu besar untuk kebutuhan mobile activity.

Proses Produksi Media

pexels.com

Efek perubahan cepat di dunia digital tak hanya sekadar pergantian perangkat mobile satu ke yang lainnya dengan penyempurnaan produk. Tapi juga banyaknya perubahan di sektor perangkat lunak untuk keperluan proses produksi media. Di jelang akhir tahun 2015 salah satu raja software dunia, Adobe melakukan perubahan mendasar pada salah satu produknya. Perangkat lunak yang menjadi perbincangan para penerbit media bertajuk Digital Publishing Suite yang pada awalnya dikeluarkan untuk melayani tren penggunaan iPad besutan Apple yang mendorong tercetusnya interactive digital media, akhirnya lagi-lagi mendapat sentuhan baru dan menjadi Digital Publishing Solution.

Di tanah air, produk interactive digital media yang tadinya diharapkan booming dan dapat diandalkan sebagai bentuk pergeseran platform, ternyata tak berjalan sesuai yang diharapkan. Walaupun faktanya untuk kepentingan korporasi ternyata masih diminati. Hal inipun juga terjadi dalam skala dunia. Beberapa media cetak yang bergegas merubah platform menjadi interactive digital media tak urung menemui jalan buntu, terutama dari sisi komersil dan akhirnya merambat juga ke wilayah pembaca.

Harus diakui pula bahwa produk media dalam bentuk website masih lebih diminati. Lebih simpel tidak memakan storage gawai, dan dalam segi kecepatan arus informasi juga tak terbantahkan, data analytic yang akurat, dan tentunya juga proses produksi media yang menyangkut konten dan sistem kerjanya yang lebih simpel dan cepat. Apalagi diperkuat dengan keluarnya aplikasi-aplikasi yang sebenarnya difungsikan sebagai shortcut menuju halaman web tanpa harus menggunakan browser.

Perusahaan kelas dunia sekelas Adobe pada kala itu menyadari bahwa proses produksi yang berlaku dalam membuat interactive digital media nyatanya masih berkisar perubahan jenis mesin. Dari mesin cetak ke mesin digital publishing. Dari produk akhir berbentuk cetak menjadi berbentuk digital. Tapi lapisan-lapisan pekerjaannya belum terbilang memangkas banyak tahap. Keluwesan format media dalam melayani perkembangan teknologi layar di berbagai perangkat digital juga menjadi pertimbangan. Hal inilah yang mendorong terjadinya lagi perubahan signifikan pada software yang digunakan dalam produksi digital publishing.

Proses produksi media dengan tahap seringkas mungkin, dapat mendukung kebutuhan user dalam menikmati media di berbagai perangkat dan kemudahan mengakses adalah hal yang menjadi perhatian utama. Beruntunglah keberadaan bahasa web baru HTML5 sudah ikut berkembang sedemikian cepat. Kemampuannya yang memudahkan para web developer membuat web yang dapat beradaptasi dengan berbagai ukuran layar gawai, menjadikan tren responsive web design lebih banyak dan cepat diterima para penikmat media digital.

Di sini user bebas memilih untuk melihat, membaca, menikmati produk digital media di berbagai jenis perangkat. Desktop computer, tablet computer atau smartphone, semua dengan lentur tanpa harus melakukan aktifitas zooming, dapat dinikmati oleh mata dengan mudah dan tentunya shareable ke media-media sosial.

Proses Produksi Media

pexels.com

Lalu proses pra produksi yang menyertakan para tenaga kreatif seperti penulis, desainer, ataupun fotografer dan lainnya juga menjadi lebih ringkas. Lapisan-lapisan pekerjaan yang terkesan bertele-tele hingga membutuhkan waktu yang tak sedikit sudah tak diminati. Jika semua proses produksi media seperti digital publishing harus melalui tahapan yang nyaris sama dengan produksi media konvensional, maka kini banyak yang dipangkas.

Ada berita, ada info, ada foto siap tayang, upload, internal review hanya lewat browser, lalu publish langsung untuk kebutuhan user di berbagai penggunaan gawai melalui browser ataupu aplikasi. Ya, seringkas itu. Tidak lagi melewati proses layout yang memakan waktu dan dilakukan terpisah untuk setiap jenis perangkat yang dituju, lalu menguploadnya ke server atau cloud, kemudaian dilakukan local review dengan terlebih dahulu mendownload aplikasi khusus, dan setelah itu barulah diterbitakan dengan terlebih dahulu mengakses publishing engine yang terhubung ke server atau cloud, kemudian user harus mendownload aplikasinya sebelum mendownload media per terbit.

Dari uraian di atas, secara prinsip akhirnya memang produk media digital, baik berbentuk publishing ataupun web portal , termasuk e-commerce, harus mempunyai kemampuan memotong mata rantai. Baik itu di wilayah proses produksi media maupun pengiriman konten, penyampaian info kepada publik calon pembaca atau pengguna. Banyaknya lapisan-lapisan proses yang bisa dihilangkan akan semakin mempercepat konten media digital  untuk dapat dinikmati publik.

Tengoklah yang juga dilakukan perusahaan yang masyhur sebagai penyedia template desain web, WordPress. Kini template yang disediakan sudah berkategori responsive web design, lalu untuk CMS (Content Management System) yang dikenal dengan nama Dashboard, juga sudah mobile freindly. Hanya dengan menggunakan smartphone proses produksi media berbentuk website sudah bisa dilakukan.

Atau kalau kita bicara e-commerce yang dipraktikkan situs-situs online shopping. Prinsip kerjanya dapat diserap untuk kebutuhan bidang komersil dari penerbit media. Semua transaksi gaya konvensional yang terkesan birokratis dan bertumpuk selayaknya dipangkas dengan kemudahan-kemudahan yang disajikan platform digital. Tidak bergantung pada lokasi, kemudahan memesan tanpa tawar menawar, memilih tanpa harus mengunjungi toko, pengiriman yang cepat, adalah hal-hal mendasar yang bisa jadi acuan.

Jadi, pikirkanlah bagaimana cara memotong mata rantai di saat ingin membenamkan diri pada industri media digital. It is not so easy. But this should be done.**

Leave a Reply