Belajar SEO Jalur Alternatif, Melayani Logika Mesin Pencari

Belajar SEO (Search Engine Optimization) nampaknya sudah menjadi favorit bagi mereka yang berkecimpung dalam dunia dotcom. Ramai-ramai berlomba mencari tahu bagaimana mendapatkan celah agar situs web, baik itu dalam bentuk portal berita, corporate website, hingga marketplace, dapat dengan mudah ditemukan di mesin pencari, seperti Google, Bing, Yandex, DuckDuck Go, Baidu ataupun yang lainnya.

belajar SEO

Photo by xframe.io

Sebenarnya untuk hal-hal mendasar dalam menjalankan dan belajar SEO standar, banyak sekali literatur yang tersedia di dunia maya. Bahan bacaan yang melimpah ruah di perpustakaan bernama search engine rasanya sudah lebih dari cukup untuk mempraktikan optimasi situs web agar menjadi search engine friendly.

Beberapa pakar maupun mentor nomor wahid kelas dunia pun, seperti Neil Patel, Susan Dolan, atau Aimee Beck dan lainnya, kerap kali menulis dan membuka workshop atau memberikan tutorial-tutorial yang sangat mumpuni.

Pasalnya, banyak sekali seluk beluk belajar SEO yang lebih dalam juga bersinggungan dengan web programming, dengan bahasa pemrograman yang hanya dipahami mereka-mereka yang memang akrab dengan bahasa program komputer itu. Di area inilah, SEO standar yang guidence-nya sudah banyak bertebaran terasa kurang menggigit.

Untuk beberepa situs web yang dibangun dan dikembangkan dengan memanfaatkan open source web builder seperti WordPress, Wix, Squarspace, Grapesjs dll., biasanya mengandalkan plugin yang tersedia, baik itu bersifat free maupun premium. Tapi, selayaknya mesin yang sudah terprogram, ia juga bekerja dengan S.O.P berdasarkan checklist permanen, terutama di zona content writing, yang akan ada pembaharuan pada waktu-waktu tertentu.

Lalu bagaimana dengan mereka yang tergolong awam, dan sudah cukup menguras energi saat belajar menguasai ilmu SEO standar? Apakah harus pasrah dengan keterbatasan pengetahuan bahasa programming? Apakah harus puas dengan pekerjaan instan, text book dan autopilot yang dijalankan plugin-plugin pada web builder? Harusnya sih, tidak.

Yang akan diutarakan di sini bukanlah bahan bacaan yang secara sistematis tersusun rapi layaknya tutorial resmi dari para pakar. Atau bahkan bisa jadi, apa yang akan diungkapkan di sini juga tidak pernah “direstui” sebagai acuan yang teruji validitasnya secara ilmu pengetahuan web developing. Bahkan, sebenarnya yang akan terungkap bukan hal baru dan asing bagi mereka yang sudah kapalan di dunia optimasi mesin pencari.

Sah-sah saja jika ada yang mengatakan bahwa selalu diperlukan jalan alternatif untuk menggali setiap ilmu pengetahuan. Begitu pula dengan persoalan belajar SEO ini, jalan alternatif juga tersedia bagi mereka yang tak cepat menyerah mengeksplorasi hal-hal baru. Lalu harus mulai dari mana? Wait a minute, take a deep breath first.

Belajar Logika Mesin Pencari
Pertama, perlu diingat bahwa belajar SEO jalan alternatif ini bukan hal yang berdiri sendiri. Justru jalan ini untuk mendukung prosedur standar sesuai yang dianjurkan para ahli. Jalan mempelajari optimasi yang akan dipaparkan di sini untuk memperkuat dan sifatnya lebih kepada cara berimprovisasi. Maka selalu bekerjasamalah dengan web progamer dalam mengaplikasikannya.

Untuk memulai belajar SEO, maka paling minim adalah menjalankan langkah SEO baku. Jika ada hal-hal kecil yang menyangkut bahasa programming, dan terasa sulit diaplikasikan, mintalah web programmer Anda untuk bantu mengeksekusinya. Is it clear? Ok, let we start!

Setup Metadata
Sebuah situs web bisa kita ibaratkan sebagai sebuah bangunan. Maka ia akan ada pondasinya, akan ada interiornya, akan ada isinya, ada alamatnya dan pastinya dapat dipercantik rupanya. Pondasi bangunan memegang peranan sangat penting. Apakah situs web dibuat dengan membangun dari nol, atau menggunakan template yang sudah ada dan banyak tersedia di marketplace.. Masing-masing punya nilai plus dan minus.

Dari keduanya, pastinya punya konstruksi standar yang sudah jadi acuan default para web developer. Hal yang jadi perhatian untuk menjalankan SEO adalah, sebuah situs web yang sudah terbangun dipastikan akan memuat metadata.

Metadata pada situs web biasanya terdiri dari judul halaman dan deskripsi meta untuk setiap halaman. Ini memberi mesin pencari informasi penting tentang konten dan tujuan setiap halaman di situs web. Hal ini akan sangat membantu mesin pencari menentukan apakah situs web Anda cukup relevan untuk ditampilkan dalam hasil pencarian.

Nah, metadata inilah yang sejak awal sudah kita setup keyword-nya. Pilihlah keyword (kata kunci) dengan memperhitungkan kemungkinan terdekat dari kata-kata generik yang lekat dengan kategori konten situs web. Semisal situs web berisi konten kuliner, jangan serta merta mengisi metadata pada judul halaman (page title) hanya dengan nama brand Anda, kecuali memang nama brand tersebut sudah merupakan kata yang umum di telinga publik.

Contoh, nama web: kulinera.id, maka buatlah page title dengan memasukkan keyword generik yang terdekat. Misalnya, “Panduan Kuliner Terkini”. Maka akan muncul di page title bar pada browser: Kulinera – Panduan Kuliner Terkini. Pada kasus ini, web publisher memilih keyword: “Panduan Kuliner Terkini” sebagai kata generik paling relevan mendampingi nama brand.

Lalu beranjaklah menuju meta description, yang memaparkan lebih jauh situs web itu sendiri. Perlu diingat, rekomendasi jumlah karater adalah maksimal 155 karakter. Misalnya, jika kita mengambil contoh yang sama. Meta description Kulinera.id menjadi: Panduan kuliner terkini dipersembahkan Kulinera sebagai panduan bagi penggemar wisata kuliner dan pencari aneka resep masakan.

Pemilihan keyword bisa punya dasar apapun, termasuk jika brand yang termuat dalam situs web sudah berkategori superbrand, di mana publik sudah sangat aware dengan nama brand tersebut. Untuk kasus seperti ini, penentuan keyword harus jeli, produk atau jasa apa yang paling banyak dicari berkaitan dengan brand yang dimaksud.

Setelah setup mendasar ini terlaksana, hal penting yang mutlak tak boleh diabaikan adalah mendaftarkan situs web Anda ke webmaster tools mesin pencari. Google punya Search Console, Bing punya Bing Webmaster Tools, Yandex punya Yandex Webmaster, Duckduckgo punya Duckduckgo Newbang, begitu pula mesin pencari lainnya. Hal ini agar situs web Anda terindeks dan tercium keberadaannya oleh mesin-mesin pencari tersebut.

Ketahuilah bahwa yang menjadi prioritas utama mesin pencari saat pertama kali membaca situs web adalah URL (tautan alamat web dan konten), page title, meta description dan meta tags. Jadi layanilah prioritas utama tersebut dengan baik.

Content URL
Persoalan metadata juga menjadi atensi utama pada konten yang akan disubmit ke dalam situs web. Tapi ada yang juga tak kalah krusial, yaitu URL dari konten. Maka dalam ilmu Basic SEO Writing, seringkali direkomendasikan untuk membuat judul artikel yang mengandung keyword terpilih dan berada diposisi depan judul, agar kata kunci tersebut juga termuat dalam URL.

Contoh, satu artikel memilih keyword “liburan ke yogyakarta”, maka pilihan judul yang dapat dibuat sesuai rekomendasi adalah seperti ini: Liburan ke Yogyakarta dengan Kereta Saat Ini Nyaman Sekali. Maka setidak-tidaknya URL akan terlihat seperti ini: domainanda.com/artikel/liburan-ke-yogyakarta-dengan-kereta-saat-ini-nyaman-sekali.

Andaikan dalam menulis Anda merasa terkibiri kreativitas karena perkara URL, maka mintalah kepada web programer membuat fitur customize URL agar bisa menyematkan judul artikel berbeda dengan penamaan URL. Judul artikel ditulis berdasarkan kreativitas copywriting, URL ditulis berdasarkan kebutuhan mesin pencari.

Dan bagi Anda yang menggunakan open source web builder, gunakanlah plugin SEO seperti Yoast SEO, Rank Math, The SEO Framework dan lainnya. Di dalamnya banyak sekali menu-menu pendukung yang membuat SEO situs web Anda bergerak signifikan, termasuk adanya keberadaan fitur customize URL, atau ada yang menyebutnya URL slug.

Keyword Dalam Konten
Untuk mencari panduan SEO writing yang baik sudah semudah mengetukkan jari ke smartphone. Dari soal penyematan keyword di kalimat pertama paragraf pertama, pengulangan keyword 1% dari jumlah kata dalam artikel, minimal 300 kata dalam penulisan, riset kata kunci lewat google trend, hingga orisinilitas konten yang lebih disukai mesin pencari.

Persoalannya, beberapa penulis merasa panduan penulisan tersebut mengebiri kreativitas. Sering kali hal ini memicu perdebatan antara SEO Manager dengan content writer. Lalu sisi mana yang harus jadi prioritas? Pengorbanan penulis yang meredam egonya dalam urusan judul haruskah terulang dalam body text? Tapi bukankah memang harus ada kompromi dan adaptasi dalam menjalankan cara-cara baru menyiarkan informasi. termasuk yang berkaitan dengan SEO friendly article?

So, read this carefully. Setelah menyentuh hal-hal prioritas yang dibaca, seperti telah disinggung sebelumnya, mesin pencari akan mulai merayap ke step selanjutnya. Beberapa mesin pencari menggunakan beberapa kata pertama yang mereka temukan di pengkodean halaman situs web sebagai deskripsi di bawah daftar Anda di hasil mesin pencari.

Maka alasan mengapa penyantuman keyword, selain di judul, sangat penting berada di kalimat pertama di alinea awal, nampaknya tidak bisa ditawar. Hal ini utamanya bagi para publisher situs web pemula yang baru merintis. Di mana keberadaan brand maupun web address belum diakrabi publik. Hal ini dimaksudkan agar situs web Anda mendapatkan celah dalam perebutan menarik pengunjung lewat mesin pencari.

Satu trik yang bisa jadi solusi adalah, dengan mengulang penulisan judul yang mengandung keyword untuk dimasukkan dalam kalimat pertama. Maka otomatis terpenuhi sudah persyaratan keyword harus ada di kalimat pertama di alinea awal.

Contoh, coba kita gunakan keyword “produksi konten digital”. Judul: Produksi Konten Digital Dalam Babak Baru. Nah, jika penulis merasa terganggu dengan keharusan menyantumkan keyword tersebut pada kalimat pertama, maka buatlah format isi artikel dengan penulisan seperti ini:

Konten Digital Dalam Babak Baru – Setiap zaman punya cara sendiri untuk berkembang, setiap era memiliki kecenderungan selera yang tak sama dengan era-era sebelumnya. Tapi kejelian insan penghasil konten dalam membaca keinginan audiens punya prinsip dasar kerja yang relatif seragam, berpikir kreatif di alam kreatif.

It’s so easy, isn’t it? Dan untuk konsistensi, jadikanlah format tersebut sebagai standar penulisan artikel di situs web Anda. Setidak-tidaknya untuk sementara waktu, sebelum akhirnya sosialisai situs web Anda menyentuh hasil yang mencerahkan di mata publik.

Mengoptimalkan Peran Gambar
Gambar, baik berupa foto maupun ilustrasi adalah penarik yang punya peran besar dalam pengelolaan situs web. Tapi mohon diingat, mesin pencari sangat senang dengan gambar berkategori fast loading. Maka gunakanlah software image compressing yang menargetkan pada penyediaan gambar web. Untuk yang belum terbiasa dengan software berbasis fotografi, banyak sekali image resizer berbasis cloud dengan fitur yang sederhana.

Lalu adakah peran lain yang bisa dilakukan gambar dalam kerangka men-support jalannya SEO? Pasti ada. Apalagi para mesin pencari juga menyediakan halaman khusus pencari gambar berdasarkan keyword yang kita tulis.

Saat Anda menyiapkan gambar, terutama yang berformat pixel seperti jpg, png, bmp, webp atau gif, pastikan dimensinya sudah web friendly. Lalu berikan penamaan khusus pada setiap gambar dengan menyematkan brand dan keyword, ditambah beberapa unsur kata dari judul atau pengkodean seperti angka atau abjad. Lalu, pada penamaan berikanlah simbol strip (-) sebagai pemisah kata.

Contoh, dengan pilihan keyword “hybrid content strategy”, artikel diberi judul: Hybrid Content Strategy Mulai Jadi Pilihan Utama. Penamaan gambar yang akan dimuat menjadi: hybrid-content-strategy-artikel-tekno-namabrand.jpg. Atau jika nama brand menjadi prioritas utama untuk tampil di mesin pencari gambar, menjadi seperti ini: namabrand-hybrid-content-strategy-artikel-tekno.jpg.

Tata letak gambar juga harus dicermati. Tempatkanlah gambar selalu setelah paragraf pertama, jangan sebagai awal sebelum masuk paragraf pertama. Kecuali ia bersifat featured image yang secara konstruksi memang sudah dirancang punya space terpisah, seperti yang banyak dilakukan beberapa template dari open source web builder. Pastikan juga, paragraf-paragraf yang mengapit gambar juga memuat keyword terpilih.

Dari semua paparan ini, ada hal penting yang patut diperhatikan oleh web publisher. Bahwa konten yang disubmit ke dalam situs web idealnya merujuk pada pedoman penilai kualitas konten yang dikeluarkan oleh Google dalam konsep E-A-T:

  • Expertise (Keahlian), berarti memiliki tingkat pengetahuan atau keterampilan yang tinggi dalam bidang tertentu. Ini dievaluasi terutama di tingkat konten, bukan di situs web atau tingkat organisasi. Search engine mencari konten yang dibuat oleh pakar materi pelajaran.
  • Authoritativeness (Otoritas), adalah tentang reputasi, terutama di antara para ahli dan pemberi pengaruh lain di industri ini. Sederhananya, ketika orang lain melihat individu atau situs web sebagai sumber informasi utama tentang suatu topik, itu adalah otoritas.
  • Trustworthiness (Kepercayaan), adalah tentang legitimasi, transparansi, dan keakuratan situs web dan kontennya. Penilai mencari beberapa hal untuk mengevaluasi kepercayaan, termasuk apakah situs web menyatakan siapa yang bertanggung jawab atas konten yang dipublikasikan.

Lalu jangan lengah, bahwa semua cara yang sudah dilakukan tidak ada artinya jika saja tak ada dorongan dari pemilik situs web untuk ikut mensosialisasikannya. Baik itu situs web secara umum, maupun spesifik kepada konten-konten yang termuat di dalamnya. Kejarlah web traffic bukan hanya dalam pengisian konten, tapi juga arus publik yang beduyun-duyun mengakses situs web Anda. Gunakanlah media sosial sebagai garda teredepan untuk mewujudkannya.

Masih banyak yang belum bisa dituangkan dalam tulisan ini. Apalagi dalam dunia digital semuanya dapat berubah dalam waktu yang tak terkira. Seluk beluk SEO memang bukan hal sederhana, maka teruslah mencari referensi-referensi terpercaya yang banyak sekali sumbernya. Perkembangan teknologi yang terjadi hari ini, bisa jadi besok, minggu depan, bulan depan, atau tahun depan dan seterusnya, sudah terlihat usang. (*)

Featured image: photo by Hilmaputri, digital imaging by Yogasdesign