Strategi personal branding menjadi topik pembicaraan yang menarik di era kebebasan informasi seperti sekarang. Agresifitas platform media sosial dengan beragam kemudahan berbagi bentuk informasi, merupakan salah satu faktor utama yang memicu individu-individu mulai menganggap penting strategi personal branding. Siapa pun yang punya akses ke internet dan media sosial dapat membangun audiens, lalu memposisikan diri sebagai ahli, dan mulai menarik klien untuk bisnis mereka.
Algoritma Youtube Jangan Hanya Dipelajari, Tapi Disiasati
Algoritma Youtube mendadak jadi perbincangan hangat di abad digital. Ini seiring dengan dorongan membuat channel Youtube yang makin menjalar dan tak terbendung. Utamanya sejak kian banyak content creator yang mengantongi penghasilan melimpah dari platform media sharing ini. Bahkan hampir semua kalangan yang sudah melek digital tergiur menyeburkan diri dalam belantara konten berbasis audio visual dengan monetisasinya.

Photo by Leon Bublitz on Unsplash
Belajar SEO Jalur Alternatif, Melayani Logika Mesin Pencari
Belajar SEO (Search Engine Optimization) nampaknya sudah menjadi favorit bagi mereka yang berkecimpung dalam dunia dotcom. Ramai-ramai berlomba mencari tahu bagaimana mendapatkan celah agar situs web, baik itu dalam bentuk portal berita, corporate website, hingga marketplace, dapat dengan mudah ditemukan di mesin pencari, seperti Google, Bing, Yandex, DuckDuck Go, Baidu ataupun yang lainnya.

Photo by xframe.io
Produksi Konten Digital Jangan Jalan di Tempat
Industri kreatif sedang berjalan pada dimensi baru, utamanya yang berkaitan erat dengan produksi konten digital. Ragam wadah yang mengakomodir arus deras terbarukan ini juga sudah menggurita. Dari urusan konten menghibur dan informasi di platform media sharing, hingga perkara jualan di marketplace.
Jenis Perilaku Konsumen yang Bertindak Sebagai Produsen
Pada 1980, Alvin Toffler, seorang penulis dan pengusaha Amerika yang tersohor dengan karyanya yang membahas teknologi modern, memperkenalkan istilah ‘prosumer’ dalam bukunya “The Third Wave”. Istilah ini adalah gabungan dua kata yakni producer dan consumer yang mendeskripsikan jenis perilaku konsumen generasi sekarang, yang tidak hanya pasif saja, melainkan juga terlibat dalam proses produksi.

Photo by Anete Lusina from Pexels
Bekerja dari Rumah, Bukan Hanya Cara Baru
Kalau merunut dari sejarah, ide “Bekerja dari Rumah” atau juga populer dengan istilah WFH (Work From Home), sudah dilakukan sejak lama bahkan oleh para pentolan kerajaan bisnis dunia. Sebagai contoh, pada 1994 sewaktu Jeff Bezos memutuskan untuk memulai cikal bakal kerjaan bisnis Amazon di garasi rumah. Atau di tahun 1998 ketika Larry Page dan Sergey Brin menyewa garasi milik temannya, Susan Wojcicki, untuk mulai membangun mesin pencari paling populer saat ini, Google.

Photo by Ravi Kant from Pexels
Belajar Dalam Bekerja: Trans TV Website Development
Pada akhir tahun 2019, saya dimasukkan dalam program pengembangan website stasiun televisi Trans TV bersama tim development, untuk kedua kalinya. Tiga tahun sebelumnya, tepatnya pertengahan 2016 saya mendapat tantangan untuk merombak official website televisi ini. Dari corporate web menjadi video portal. Lalu tugas berakhir di pertengahan 2017.
Hybrid Content Strategy Besutan IDN App
Sebelum mengupas seluk beluk IDN App, ada baiknya kita cermati beberapa hal yang ada relevansinya. Untuk diketahui, bahwa kompetisi menjadi aplikasi berita terlengkap tak bisa dihindari di era serba digital.

Photo by yogasdesign
Kaum Intelektual, Mencerdaskan atau Membodohi?
Bicara soal kaum intelektual, bisalah kita melihat gejala-gejala yang timbul di masyarakat, terbesit pemikiran. Pemikiran tentang pentingnya kadar intelektualitas seseorang dalam menyampaikan apa saja yang ada di benaknya. Mengapa harus dikatakan penting, karena dari kenyataan yang ada kita disuguhi ‘tontonan’, betapa kaum yang mengaku dari golongan intelek begitu percaya untuk menyampaikan ataupun memberikan masukan kepada bangsa ini untuk keluar dari permasalahan-permasalahan yang mendera.

Photo by Alexandre Pellaes on Unsplash
Surat Terbuka untuk Para Pekerja Kreatif Era #Covid19
Kepada teman-teman pekerja kreatif,
Tak perlu lagi cerita soal betapa ganasnya wabah Corona yang sedang menghantui dunia. Data, fakta dan semua kejadian menyedihkan sudah menjadi rahasia umum, betapa trengginasnya virus yang tiba-tiba menjadi ancaman paling menakutkan. Tak hanya tebaran penyakit yang menjadi perbincangan, tapi juga efek domino yang tak kalah menyeramkan. Hampir semua sektor industri harus tidur. Tak terkecuali industri kreatif juga terkena imbasnya. Benar-benar unforgettable scary moment.

Photo by Rachael Gorjestani on Unsplash
Produksi kreatif mau tak mau harus terhenti. Pembatasan interaksi massal baik skala kecil maupun besar wajib dijalani untuk menekan laju wabah. Pastinya, imbasnya luar biasa. Dari pekerja film, event organizer, wedding organizer, fotografer, desainer grafis, arsitek, pelukis, penulis, pewarta, musisi, freelancer, hingga penyedia peralatan dan perlengkapan produksi, rental studio editing, dan banyak lagi. Merata dihantam badai Covid-19, walau ada beberapa atau segelintir yang masih bisa survive dan tergolong tak berpengaruh banyak dari hantaman efek wabah ini.