Kalau merunut dari sejarah, ide “Bekerja dari Rumah” atau juga populer dengan istilah WFH (Work From Home), sudah dilakukan sejak lama bahkan oleh para pentolan kerajaan bisnis dunia. Sebagai contoh, pada 1994 sewaktu Jeff Bezos memutuskan untuk memulai cikal bakal kerjaan bisnis Amazon di garasi rumah. Atau di tahun 1998 ketika Larry Page dan Sergey Brin menyewa garasi milik temannya, Susan Wojcicki, untuk mulai membangun mesin pencari paling populer saat ini, Google.

Photo by Ravi Kant from Pexels
Tapi, bukan soal sejarah yang hendak dibicarakan. Pokok pembahasan ada pada tren “Bekerja dari Rumah’ yang pelakunya melonjak sejak wabah virus Corona (COVID-19) merebak. Lalu menjadi rekomendasi terdepan bagi para profesional yang terbiasa pergi bekerja ke kantor..
Bahkan metode bekerja ini juga merubah perilaku para pekerja lepas atau freelancer yang sempat memproklamirkan diri dengan istilah baru, mobile worker. Di mana mereka bisa bekerja ke mana saja. Kantor teman, coworking space, restoran dan kafe, atau bahkan di taman bermain sekalipun.
Nampaknya COVID-19 telah memaksa hampir semua bidang pekerjaan untuk merancang ulang kebiasaan beraktivitas. Mengedepankan pemberdayaan bekerja dari rumah adalah yang jadi dasar. Dari soal lobbying, koordinasi antar rekan kerja hingga meeting besar, bisa dikatakan harus dilakukan dari rumah.
Seiring keberadaan teknologi digital yang sudah menjadi pilihan primer hampir seluruh lapisan masyarakat, tak kurang para raksasa digital menyambut kultur kerja baru ini. Catat saja misalnya di ranah aplikasi virtual meeting. Zoom besutan Eric Yuan hingga Google yang mengembangkan G-Meet, Cisco dengan WebX nya, atau Skype yang berkolaborasi dengan Microsoft membenamkan “Meet Now” pada Windows 10.
Tak bisa dimungkiri, masih banyak yang tergagap-gagap mempraktikkan kultur kerja baru ini. Dari soal penguasaan teknologi, kendala jaringan internet, webcam yang di bawah standar, hingga belum bisa membangun chemistry atau kedekatan emosi saat virtual meeting.
Sering kali persoalan tidak lantas tuntas setelah melakukan pertemuan online. Tapi hal ini dipercaya hanya sebagai proses adaptasi yang merupakan bagian dari perubahan cara kerja dan peradaban secara umum.
Lalu selain soal penguasaan teknologi, apa saja yang harus disiapkan dan disikapi dalam membiasakan diri dengan kultur “Bekerja dari Rumah”?
Area Khusus
Area khusus yang di maksud adalah space yang sudah ditentukan untuk bekerja. Di mana akan diletakkan komputer/laptop, printer dan perangkat-perangkat kerja lainnya. Termasuk juga wajib diperhatikan hubungannya dengan sumber daya listrik, dan meminimalisir gangguan.

Photo by Mikey Harris on Unsplash
Area kerja tidak harus besar, prinsipnya adalah bisa duduk dan berhadapan dengan perangkat kerja utama. Gunakankanlah perabot interior portable yang bisa dengan mudah dikemas dan dipindah-pindahkan. Dan pilihlah yang tidak banyak memakan tempat, karena tidak semua rumah tersedia space yang luas.
Soal adanya distorsi ataupun gangguan dari faktor-faktor lain, seperti anak yang masih kecil dan sering ingin nimbrung, suara-suara tak terduga di lingkungan sekitar atau urusan rumah tangga lain, percayalah, waktu yang akan menjawab. Pasti Anda akan dapat mengatur polanya.
Perangkat Utama
Perangkat kerja yang jadi senjata utama seperti komputer, baik itu dalam bentuk laptop, tablet ataupun PC adalah fasilitas yang wajib ada. Apakah itu inventaris pribadi maupun yang sudah disediakan kantor. Lalu keberadaan smartphone pastinya menjadi persyaratan mutlak. Pastikan beberapa software dan aplikasi penting yang berhubungan dengan pekerjaan sudah ter-install.
Jaringan Internet
Ketersediaan jaringan internet adalah infrastruktur mendasar. Tanpa adanya internet, Anda takkan berdaya menyelesaikan pekerjaan di rumah. Coba ditimbang-timbang, apakah akan terus tergantung dengan metode tathering lewat perangkat selular, menggunakan mobile modem atau lebih ideal berlangganan internet untuk kapasitas rumah dan keluarga. Ingat, jika kebutuhan terhadap internet tergolong massive, dengan menggunakan metode tathering justru akan membuat smartphone cepat rusak. Perhitungkan pula efesiensi anggarannya.
Pakaian yang Nyaman
Gunakanlah pakaian yang membuat nyaman bekerja dan tetap merasa sedang dalam pekerjaan. Bukan lantas terlalu santai hanya menggunakan pakaian seadanya seperti kaos singlet dan celana pendek untuk tidur. Bangunlah spirit bekerja walau hanya di rumah dengan membedakan pakaian saat Anda bekerja dengan saat tidak bekerja atau bersantai. Tidak perlu terlalu formal, tetap selalu rileks, tapi pantaskanlah diri untuk siap berhadapan dengan pekerjaan dan dengan orang-orang yang akan berinteraksi secara virtual.
Mengatur Waktu
Salah satu previlage yang dirasakan saat “Bekerja dari Rumah” adalah fleksibilitas. Anda bisa kapan saja menentukan waktu mulai bekerja dan kapan istirahat. Tapi ingat, untuk mendukung produkstivitas yang stabil, perlakukanlah saat di rumah layaknya di kantor. Bekerja dalam waktu yang kurang lebih sama. Tidak kemudian justru mengulur-ulur waktu atau juga berlebihan hanya karena merasa tidak kemana-mana. Setiap individu harus mengatur dan membatasi diri dalam bekerja. Ada saatnya memulai, ada saatnya beristirahat.

Photo by Georgia de Lotz on Unsplash
Fasilitas Tambahan
Pikirkanlah beberapa fasilitas pendukung agar pekerjaan dengan segala lalu lintasnnya dapat dilakukan online. Penggunaan email tak bisa ditawar. Pertimbangkan juga penggunaan fasilitas cloud computing yang berkapasitas memadai untuk mengumpulkan pekerjaan, sehingga dapat diakses oleh pihak-pihak yang berkepentingan.
Penggunaan jasa cloud paket personal yang tak terlalu mahal bisa jadi alternatif jika versi gratis dari yang sudah ada tak cukup. Jangan lupa sediakan external harddisk untuk backup data-data yang penting, agar tidak hanya ada di dalam komputer maupun cloud.
Tak hanya itu, webcam yang mendadak sering digunakan bisa pula disediakan di luar built in camera yang ada. Karena biasanya kualitas kamera yang sudah ada di laptop hanya sekadarnya. Pilihlah webcam yang sudah support HD (720p) atau setidak-tidaknya dengan kepekatan piksel minimal 480p. Tidak usah yang terlalu mahal, yang terpenting gambar yang dihasilkan lebih jelas dari built in camera berkualitas VGA, dan tentu saja mudah digunakan.
Aplikasi Produktivitas
Beberapa perusahaan sudah giat membangun aplikasi pendukung yang akan menyokong produktivitas dan kemudahan bekerja di rumah. Dari aplikasi chat room, remote work management, virtual meeting, video call, web & social media analytic, cloud computing, hingga yang bernuansa hiburan.
Aplikasi-aplikasi ini sebaiknya sudah dibenamkan pada perangkat-perangkat kerja, baik smartphone ataupun komputer. Tak lupa aplikasi-aplikasi untuk keseharian juga ada baiknya dibenamkan seperti, transportasi dan pemesanan makanan online, market place, dan juga termasuk mobile banking.
Tetap Terhubung
Jadwalkan komunikasi rutin dengan tim kerja atau dengan pihak-pihak terkait pekerjaan. Tentunya dengan menggunakan fasilitas virtual meeting maupun video call. Selain tetap dapat membangun chemistry, hal ini bisa membuat Anda tetap merasa ada rekan kerja.

Photo by Chris Montgomery on Unsplash
Susunlah agenda-agenda pembahasan harian atau mingguan agar progress pekerjaan selalu dapat terpantau dan dilaporkan. Dan bagi yang mengandalkan eksekusi di lapangan, pastikan hanya keluar rumah karena sangat diperlukan atau harus. Tapi, jangan akhirnya tergoda untuk terus berada di luar.
Pembatasan Sosial
Media sosial memang diakui sudah bagaikan teman sehari-hari. Hampir tak ada waktu tanpa media sosial. Tapi saat Anda bekerja di rumah, tak akan ada yang dapat mengontrol tindak tanduk dalam beraktivitas di luar urusan kerja.
Ya, kita adalah pengontrol diri kita sendiri. Dengan terlalu banyak melayani aktivitas media sosial yang tak ada relevansinya dengan pekerjaan, bukan tak mungkin akan mengganggu fokus kerja. Atur waktu dengan baik kapan dapat menyimak media sosial, kapan menidurkannya sementara.
Begitupula dengan kebiasaan berjam-jam menyaksikan televisi atau video streaming. Hindari dulu di waktu jam kerja. Lebih afdol bunyikan musik dengan playlist yang sudah diatur sesuai selera. Atau mainkan radio yang saat ini sudah sangat mudah didengar via internet radio. Lalu, agar tak mengganggu orang lain, gunakanlah headset.
Personal Branding
Bagi para freelancer, keterbatasan mobilitas pastinya jadi handycap tersendiri. Kebiasaan wara-wiri ke mana saja untuk melakukan pekerjaan membuat para pekerja lepas harus merancang ulang pola kerja, walau realitanya relatif lebih mudah beradaptasi. Apalagi yang berurusan dengan lobi-lobi dengan klien yang menuntut adanya pendekatan ala lifestyle serta penjelasan seputar kemampuan kerja dan portfolio.
Maka bagi yang belum tergerak, mulailah membangun personal web sebagi bagian dari personal branding. Jelaskan dengan detail tanpa bertele-tele, apa yang bisa Anda kerjakan, siapa Anda, dan tentunya stunning portfolios yang membuat klien yakin dengan kapasitas Anda dan juga tim yang mungkin biasa terlibat.
Saat ini membangun personal web pun bukan hal yang costly. Banyak sekali tools yang berstatus gratis atau juga tak berbiaya mahal. Dari urusan domain, hosting hingga web theme template. Jangan lupa pelajari bagaimana personal web Anda dapat mudah ditemukan pada search engine.
Melakukan Variasi
Dengan rekomendasi menggunakan perabot interior kerja yang portable, hal ini akan menjadi kemudahan untuk mencari variasi. Apalagi saat jenuh dalam bekerja tanpa kehadiran suasana dinamis ala kantoran. Cobalah dalam periode tertentu untuk berpindah area kerja. Tak mesti dalam ruang utama rumah, tapi juga memanfaatkan teras atau bahkan taman, jika kediaman Anda cukup luas.
Bisa pula dicoba memanfaatkan area yang berdampingan dengan pohon-pohon yang jadi peliharaan. Bersatu dengan hijaunya tanaman dan ruang terbuka juga dapat menyehatkan mental. Maklumlah, salah satu tantangan bagi yang belum terbiasa bekerja sendiri di rumah adalah kenjenuhan yang cepat menghampiri.
Rehat
Waktu rehat bukanlah waktu yang menjadi skala sekunder, dia primer adanya. Karena waktu istirahat adalah waktu di mana Anda me-recharge diri sendiri. Utamanya di saat masa pandemi, sekali-kali keluar rumah untuk sekadar melihat dunia luar. Jangan lupa kemanan dan kesehatan tetap dijaga, termasuk menghindari kerumunan.
Olahraga mandiri juga menjadi kegiatan rehat yang sehat. Bersepeda ataupun jogging di tempat-tempat yang tidak ramai menjadi pilihan yang relevan jika masa pandemi masih menghantui.
Lain soal jika tidak dalam keadaan pandemi, berinteraksi offline dengan teman-teman sehobi maupun sekedar nongkrong ringan adalah waktu yang menggembirakan, dan pastinya menjadi mood booster untuk melanjutkan pekerjaan.
Selain yang sudah diuraikan, banyak hal yang masih dapat dilakukan untuk kenyamanan bekerja di rumah. Pada prinsipnya, mulailah biasakan budaya baru dalam bekerja, sambutlah peradaban baru dengan cara menyenangkan, sekaligus bersiaplah metode kerja ini menjadi standar permanen. (*)