Strategi Personal Branding, Mulai dari Mana?

Strategi personal branding menjadi topik pembicaraan yang menarik di era kebebasan informasi seperti sekarang. Agresifitas platform media sosial dengan beragam kemudahan berbagi bentuk informasi, merupakan salah satu faktor utama yang memicu individu-individu mulai menganggap penting strategi personal branding. Siapa pun yang punya akses ke internet dan media sosial dapat membangun audiens, lalu memposisikan diri sebagai ahli, dan mulai menarik klien untuk bisnis mereka.

Personal branding inilah yang digadang-gadang akan membentuk persepsi seorang individu di mata publik. Ini juga tentang bagaimana membangun reputasi, menciptakan citra diri untuk dunia luar dan memasarkan diri sebagai individu.

Menukil dari situs personalbrand.com, personal branding didefinisikan sebagai upaya sadar dan disengaja untuk menciptakan dan mempengaruhi persepsi publik tentang individu dengan memposisikan mereka sebagai otoritas dalam industri mereka, meningkatkan kredibilitas mereka, dan membedakan diri dari kompetisi, untuk akhirnya memajukan karir mereka, meningkatkan lingkaran pengaruh mereka, dan memiliki dampak yang lebih besar.

Memperlakukan diri Anda sebagai merek (brand) bisa mengenai apa saja. Dari urusan nama, nada suara, reputasi, manifesto, simbol yang digunakan, dan banyak lagi. Hal-hal tersebut akan menjadi pembeda diri Anda di tengah publik.

Mulai dari Mana?
Menjadi diri sendiri: Salah satu elemen terpenting dari personal branding, adalah “Menjadi diri sendiri”. Anda tidak harus mengikuti keramaian. Apa yang pasti dapat dilakukan, itulah diri Anda. Jangan berfantasi menjadi seorang ahli suatu bidang baru, hanya karena merasa punya sedikit pengetahuan dasar bidang itu.

Fokus pada kekuatan dan nilai: Persis seperti saat memasarkan bisnis, pemasaran diri Anda sendiri dimulai dengan pemahaman tentang potensi pribadi sendiri. Pikirkan tentang apa yang membuat Anda berbeda dengan jutaan orang lain di dunia yang luas ini.

Menjadi pemilik otoritas: Setelah mengetahui kekuatan dan nilai diri, maka sempurnakanlah kekuatan itu. Terus belajar mengenai perkembangan-perkembangan yang terjadi, tumbuh, dan serap sehingga Anda dapat berbagi pengetahuan dengan orang lain. Tunjukkan kapabilitas Anda dalam satu bidang yang memang dikuasai melalui video, posting blog, atau media sosial.

Menetapkan prioritas: Pahami betul bahwa tujuan branding adalah untuk menggerakkan Anda menuju tujuan yang ditetapkan. Anda harus memikirkan tujuan dan ambisi yang ingin dicapai. Menetapkan prioritas akan menjadi panduan segala tindakan dan keputusan saat membangun merek.

Membangun platform: Anda tidak dapat mempromosikan merek pribadi tanpa platform. Keberadaan media sosial sebenarnya sudah sangat mendukung, tapi Anda mungkin memerlukan situs web yang mencakup nama , akun media sosial, dan solusi lain yang digunakan untuk memasarkan diri.

Menentukan strategi konten: Saat Anda mensosialisasikan diri dengan platform yang tersedia, seperti blog, media sosial, maupun yang lainnya, apa tujuan Anda memproduksi konten? Apakah memonetisasi platform itu secara langsung, atau pltaform itu menjadi media untuk mengarahkan persepsi publik tentang Anda? Segera tentukan agar strategi konten yang dijalankan searah dengan tujuan itu.

Membangun reputasi: Reputasi adalah pandangan orang lain tentang diri kita. pandangan ini dibentuk dari proses berkesinambungan, tercemin dari tindakan nyata yang konsisten. Tentukan bidang yang akan Anda bangun reputasinya dalam diri sendiri. Mulailah menunjukkan potensi atau bahkan prestasi dalam bidang itu kepada publik.

 

Kesalahan membangun personal brand
Tak jarang, mereka yang membangun personal brand terjebak dalam kesalahan-kesalahan tak perlu. Hal ini justru membuat dirinya stagnant atau terlihat maju namun semu dan akhirnya terbenam.

Apa saja kesalahan-kesalahan yang banyak dilakukan para profesional dalam menjalankan strategi personal branding? Berikut beberapa poin penting yang diringkas dari berbagai sumber dan literatur.

  • Menjauh dari kenyataan tentang siapa Anda sebenarnya. Mencoba menciptakan persepsi yang tidak nyata tentang siapa Anda.
  • Berbohong tentang kapasitas sesungguhnya mengenai keahlian dan pengalaman Anda. Hal ini biasanya dilakukan dengan tujuan untuk terlihat kompeten di mata publik pada satu bidang yang sebenarnya tidak dikuasai dengan baik.
  • Tidak menceritakan kisah yang menarik untuk memicu emosi audiens target. Padahal dengan bercerita Anda dapat membangun hubungan emosi dengan mereka.
  • Tidak memahami siapa sebenarnya yang Anda targetkan atau siapa audiens target Anda. Justru akhirnya berfokus pada semua orang. Padahal adalah penting menentukan ceruk pasar dengan cara yang sejelas mungkin.
  • Minim genuine content dalam beraktivitas di platform yang menjadi media sosialisasi diri Anda. Enggan mengasah kemampuan membuat konten sendiri akan membuat Anda terbenam perlahan tapi pasti.
  • Menyalin konten seseorang secara membabi buta. Harus diingat, terdapat perbedaan besar antara menyalin dan mengambil inspirasi. Kalau Anda menyalin dan bukan melakukan direct share dari sumbernya, sebutkanlah sumber aslinya. Bukan justru menduplikasi konten seakan-akan Anda adalah tokoh di balik konten tersebut.
  • Tidak membawa nilai bagi audiens target. Padahal, setiap personal brand yang Anda kagumi, individu tersebut telah memberikan nilai tinggi bagi audiens mereka.
  • Lalai mengidentifikasi kekuatan komunikasi yang sebenarnya Anda miliki. Hanya karena video sekarang populer, bukan berarti Anda harus membuat video. Seorang penulis yang baik, sebaiknya menghasilkan tulisan. Seorang seniman yang baik, sebaiknya berkomunikasi dengan audines melalui visual. Seorang pembicara yang baik, sebaiknya hasilkan konten bermuatan audio.
  • Tidak terlibat aktif dengan audiens di platform media sosial. Hal ini sering dilakukan karena Anda merasa jadi pribadi yang mewah.
  • Gemar menampilkan sifat negatif yang sama sekali tidak menginspirasi target audiens. Ingat, untuk membangun personal brand yang kuat, Anda harus memancarkan energi.
  • Mencoba membuatnya serba cepat. Membangun personal branding merupakan permainan jangka panjang yang butuh kesabaran. Jika Anda menginginkan citra merek yang positif dan kuat, Anda harus melepaskan pola pikir “saya-ingin-secepatnya”.
  •  Asyik dengan diri sendiri. Saat Anda sudah merasa punya keahlian atau nilai yang layak jual, bukan artinya Anda mengabaikan network. Karena dengan membaur bersama individu-individu lain dengan kesamaan industri maupun bidang, bahkan dengan lintas bidang, akan menambah wawasan Anda dan peluang bisnis.
  • Tidak punya keberanian memberi nilai pada kapasitas diri sendiri. Terlalu “murahan” membuat Anda hanya akan dimanfaatkan pihak-pihak yang membaca kelemahan Anda. Lalu Anda akan terjebak pada experience, bukan justru mendatangkan income.

Dari poin-poin yang telah diuraikan, mungkin ada satu-dua hal yang pernah Anda lakukan. Jangan tunda untuk memperbaikinya. Ingatlah, brand adalah apa yang membuat Anda sebagai pribadi menjadi unik, dan memastikan bahwa diri Anda akan selalu berharga, tidak peduli berapa banyak perusahaan atau individu lain yang mencoba mencontoh ide Anda.**